SELF LOVE - AN ARTICLE


Self Love

Body Image merupakan imajinasi subyektif yang dimiliki seseorang tentang tubuhnya. Khususnya yang terkait dengan penilain orang lain dan seberapa baik tubuhnya harus disesuaikan dengan persepsi – persepsi ini (Arthur&Emily,2010). Ketidakpuasan terhadap tubuh lebih banyak dialami oleh remaja perempuan dibandingkan remaja laki laki. Pada umumnya, remaja perempuan lebih kurang puas terhadap keaadaan tubuhnya. Biasanya, hal tersebut dikarenakan memasuki masa remaja. Seorang perempuan akan mengalami peningkatan lemak di dalam tubuhnya yang membuat tubuh menjadi jauh dari kata ideal. Sedangkan seorang laki laki merasa puas karena massa ototnya semakin meningkat. Seorang wanita umumnya mempunyai kepedulian yang lebih besar dibandingkan kaum laki-laki terhadap penampilan fisik tersebut. Seorang wanita selalu berupaya agar jangan sampai dirinya memiliki kondisi fisik yang kurang menarik, yaitu berbadan gemuk (obesitas) apalagi sampai melampaui berat badan normal (over-weigth). Burn (1993:189) berpendapat bahwa body image merupakan gambaran yang dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri sebagai makhluk yang berfisik, sehingga body image sering dikaitkan dengan karakteristikkarakteristik fisik, termasuk didalamnya penampilan secara umum, ukuran tubuh dan berat tubuh, sosok dan bentuk tubuh serta detaildetail tubuh. Body image terkait dengan gambaran seberapa jauh individu merasa puas terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan fisik secara keseluruhan. Penampilan yang ideal menurut para wanita bukan hanya dinilai dari sebagian tubuh saja namun secara keseluruhan, sehingga penampilan meliputi keadaan wajah, kehalusan kulit, warna kulit, tinggi badan dan berat badan. Banyak para responden yang beranggapan dengan memiliki penampilan menarik maka mereka akan mudah diterima di masyarakat dan akan mendapatkan perlakuan baik. Seorang wanita akan semakin tidak menyukai ukuran tubuhnya sendiri ketika ukuran tersebut semakin jauh dari yang ideal. Apabila terjadi kesenjangan yang terlalu jauh antara tubuh yang dipersepsi dengan gambaran ideal yang dipegang individu maka akan menyebabkan penilaian yang negative terhadap tubuhnya sehingga body imagenya menjadi negatif. Penilaian negatif tersebut yang membuat sesorang tidak dapat menerima kondisi tubuhnya secara apa adanya. Dengan demikian, wanita yang memiliki body image positif maka ia akan merasa puas dengan tubuhnya dan keinginan diet rendah, akan tetapi bila body imagenya negatif maka cenderung merasa tidak puas dengan kondisi fisiknya.
Higgins (1987) membuat teori mengenai self-discrepancy. Menurut Higgins, ada tiga macam self: actual self, ought self, dan ideal self. Actual self adalah diri kita yang sebenarnya, menurut diri kita sendiri, yang memberikan definisi adalah kita. Di lain sisi, ought self adalah diri yang diharapkan orang lain dari kita, sesuai dengan tugas atau kewajiban kita. Terakhir, ideal self adalah diri yang ingin kita miliki—bisa jadi kita sudah memilikinya, bisa jadi belum. Tiga macam self ini kerap kali kita bandingkan dan menjadi self-guides di kehidupan kita. Apabila ketika membandingkan self menemukan kesenjangan, maka muncul self-discrepancy atau kesenjangan-diri. Kesenjangan antara actual self dan ought self, membuat kita merasa bersalah, malu, atau kesal. Di sisi lain, kesenjangan antara actual self dan ideal self membuat orang cenderung merasa kecewa, frustrasi, sedih, bahkan depresi. Semakin besar kesenjangan yang ada, semakin intens emosi negatif yang kita rasakan. Higgins dan Rogers membuat satu poin penting: semakin jauh diri kita yang sebenarnya dengan diri yang kita harapkan, semakin kita tidak bahagia. Namun, kesimpulan lain yang bisa kita tarik ialah kita dapat meningkatkan tingkat kebahagiaan dengan merapatkan kesenjangan yang ada. Higgins (1987) menemukan bahwa semakin sedikit perbedaan antara actual self dan ideal self, kita merasa bahagia dan puas. Selain itu, semakin merapatnya kesenjangan antara actual self dan ought self, semakin kita merasa tenang dan tidak gelisah. Rogers juga berpendapat bahwa semakin kongruen real self dan ideal self, semakin kita menganggap bahwa diri kita berharga. Ada baiknya kita bertanya pada diri kita: siapa yang sebenarnya menetapkan standar diri tersebut? Is it us? Or is it our significant others? Dengan begitu, perlahan kita dapat melepas topeng yang kita kenakan, berhenti membohongi hidup, lalu mencintai diri kita apa adanya.







                                                DAFTAR PUSTAKA
Andea,Raisa. 2010.Hubungan Body Image dengan Perilaku Diet pada Remaja.Medan
Arthur,S.R & Emily,S.R 2010.Kamus Psikologi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Burns,R.B 1993.Konsep diri: Teori,Pengukuran,Pertimbangan dan perilaku ( penerjemah : Eddy ).Jakarta
Calhoun, J.F dan Acocella, J.R. 1995. Psikologi Tentang Penyesuaian Dan Hubungan Kemanusiaan. Edisi Ketiga. Alih Bahasa: Satmoko, R. S. Edisi ke-3.Semarang
Higgins, E. T. 1987. Self-discrepancy theory: A theory relating self and affect. Psychological Review.NewYork
Husna,N.L 2013. Hubungan Antara Body Image dengan Perilaku Diet.Semarang
Unzilla, A. 2017.Hubungan Body Image dengan Kepercayaan Diri Remaja Putri.Padang
Rogers, C. 1959. A theory of therapy, personality and interpersonal relationships as developed in the client-centered framework. New York-

Komentar