POJOK GIZI #6: "Intoleransi Laktosa atau Alergi Susu??"

Susu merupakan makanan yang hampir sempurna ditinjau dari kandungan gizinya dan merupakan makanan alami satu-satunya bagi makhluk menyusui yang baru dilahirkan. Namun, ada beberapa orang yang mengalami gangguan pencernaan seperti perut kembung dan diare setelah meminum susu sapi. Orang awam beranggapan bahwa itu merupakan gejala dari alergi susu sapi. Namun, ada beberapa orang yang mengatakan bahwa kedua hal tersebut adalah tanda-tanda dari intoleransi laktosa. Jadi, apakah intoleransi laktosa dan alergi susu merupakan dua hal yang sama? Untuk lebih jelasnya akan dibahas dalam artikel ini.

- Intoleransi Laktosa
Intoleransi laktosa adalah ketidakmampuan tubuh untuk mencerna laktosa.Laktosa merupakan sejenis gula yang hanya terdapat pada susu hewani. Gula ini dibentuk dalam kelenjar susu. Laktosa di dalam tubuh akan dipecah menjadi monosakarida yang siap diserap tubuh yaitu dalam bentuk glukosa dan galaktosa oleh enzim laktase yang terdapat di mukosa usus halus. Apabila ketersediaan laktase tidak mencukupi, laktosa yang terkandung dalam susu tidak akan mengalami proses pencernaan dan akan dipecah oleh bakteri di dalam usus halus. Proses fermentasi yang terjadi dapat menimbulkan gas yang menyebabkan kembung dan rasa sakit di perut. Sedangkan sebagian laktosa yang tidak dicerna akan tetap berada dalam saluran cerna dan tidak terjadi penyerapan air dari faeses sehingga penderita akan mengalami diare.
Intoleransi laktosa sebagian besar disebabkan oleh faktorgenetik, dimana penderita mempunyai laktase lebih sedikit dibanding orang normal. Beberapa faktor lain penyebab intoleransi laktosa anatara lain:
· Gastroenteritis, dapat menyebabkan terjadinya penguraian enzim laktase yang dapat berlangsung sampai beberapa minggu
· Infeksi parasit, dapat menyebabkan pengurangan jumlah laktase sementara waktu.
· Defisiensi besi, rendahnya asupan besi dapat mengganggu pencernaan dan penyerapan laktosa
Winarno (1982) menyatakan Intoleransi laktosa dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu primer dan sekunder. Intoleransi laktosa primer merupakan kasus yang disebabkan karena keturunan, bangsa, dan tradisi yang ada. Kebiasaan masyarakat yang tidak lagi minum susu setelah lewat sapih dapat secara bertahap mengakibatkan terjadinya intoleransi laktosa. Sedangkan, intoleransi laktosa sekunder merupakan gejala yang timbul karena kandungan enzim laktase dalam saluran pencernaan sangat rendah, baik dalam jumlah maupun aktivitasnya. Hal ini terjadi akibat radang usus yang kronik maupun akut.
Bagi orang yang mengalami intoleransi laktosa, beberapa anjuran berikut ini mungkin dapat membantu:
· Baca label pangan dengan seksama
Produk pangan yang mengandung bahan-bahan seperti padatan susu, padatan susu bebas lemak, whey, gula susu perlu dibatasi konsumsinya.
· Mengkonsumsi produk susu fermentasi seperti keju, mentega atau yoghurt, karena umumnya kandungan laktosa pada produk fermentasi lebih rendah.
· Minum susu yang mengandung banyak lemak susu, karena lemak dapat memperlambat transportasi susu dalam saluran pencernaan sehingga dapat menyediakan waktu yang cukup untuk enzim laktase memecah gula susu.
· Hindari mengkonsumi susu rendah atau bebas lemak karena susu lebih cepat ditransportasi dalam usus besar dan cenderung menimbulkan gejala pada penderita intoleransi laktosa. Disamping itu, beberapa produk susu rendah lemak juga mengandung serbuk susu skim yang mengandung laktosa dalam dosis tinggi.
· Jangan menghindari semua produk susu, karena nilai gizi susu pada dasarnya sangat dibutuhkan tubuh.
· Mengkonsumsi susu dengan laktosa yang telah diuraikan (susu bebas laktosa).
· Minum susu dalam jumlah yang tidak terlalu banyak
· Konsumsi produk susu yang diolah dengan proses pemanasan (seperti susu bubuk), karena pada pemanasan, laktosa akan dipecah menjadi glukosa dan galaktosa, sehingga produk seperti ini akan ditoleransi lebih baik
· Konsumsi produk kedelai karena produk kedelai bebas laktosa dan merupakan sumber kalsium yang bagus dan baik untuk menggantikan susu dan produk susu lainnya.

- Alergi Susu
Alergi susu sapi adalah reaksi imunologis terhadap protein susu sapi yang melibatkan saluran cerna, kulit, saluran nafas, atau beberapa sistem, seperti anafilaksis sistemik.Alergi susu sapi lebih banyak ditemukan pada bayi dan anak-anak. Protein susu sapi merupakan alergen tersering pada berbagai reaksi hipersensitivitas pada anak. Susu sapi mengandung sedikitnya 40 komponen protein yang dapat mengganggu respon imun yang menyimpang pada seseorang. Protein susu sapi terbagi menjadi kasein and whey.
Reaksi akut (jangka pendek) yang sering terjadi adalah  gatal dan anafilaksis. Sedangkan reaksi kronis (jangka panjang) yang tyerjadi adalah astma, dermatitis (eksim kulit) dan gangguan saluran cerna. Beberapa manifestasi reaksi simpang karena susu sapi melalui mekanisme IgE dan Non IgE.
Beberapa gejala yang sering menyertai penderita alergi susu sapi diantaranya:
· Gangguan saluran cerna : sering muntah, kembung, cegukan, sering buang angin, sering buang air besar (> 3 kali perhari), tidak BAB setiap hari.
· Kulit sensitif, sering timbul bintik atau bisul kemerahan terutama di pipi, telinga dan daerah yang tertutup popok. Kerak di daerah rambut.Timbul bekas hitam seperti tergigit nyamuk. Mata, telinga dan daerah sekitar rambut sering gatal, disertai pembesaran kelenjar di kepala belakang. Kotoran telinga berlebihan kadang sedikit berbau.
· Lidah sering timbul putih (seperti jamur). Bibir tampak kering atau bibir bagian tengah berwarna lebih gelap (biru).
· Napas grok-grok, kadang disertai batuk sesekali terutama malam dan pagi hari siang hari hilang. Bayi seperti ini beresiko sering batuk atau bila batuk sering lama (>7hari) dan dahak berlebihan )
· Sesak bayi baru lahir disertai membesarnya kelenjar thimus.
· Sering bersin, pilek, kotoran hidung banyak, kepala sering miring ke salah satu sisi
· Mata sering berair atau sering timbul kotoran mata (belekan) salah satu sisi/kedua sisi
· Sering berkeringat (berlebihan)


·         
Referensi:
Badan POM RI. 2008. Kenali Intoleransi Laktosa Lebih Lanjut. InfoPom Vol. 9, No. 1 ISSN 1829-9334.
Judarwanto, Widodo. 2009. Alergi Susu sapi. https://jurnalpediatri.com/2009/04/29/alergi-susu-sapi/(Online). Diakses 1 Oktober 2017.
Sumarjiana, I Ketut Laba. 2011. Lactose Intolerance: Suatu Kasus Ketidakmampuan Usus Untuk Mencerna Laktosa. WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3.
Wicaksono, Madya Ardi. 2014. Intoleransi Laktosa. Mandala of Health. Volume 7, Nomor 1.

Winarno, F.G. 1982. Enzim Pangan. Jakarta: PT Gramedia.

Komentar