POJOK GIZI #5: "Amankah Diet Ketogenik?"

Amankah Diet ketogenik?
Oleh : Rahmi Hijriani


Bagi sebagian orang, mungkin sudah tidak asing lagi mendengar tentang diet ketogenik. Diet tinggi lemak dan sangat rendah karbohidrat ini biasanya diberikan kepada penderita epilepsi dan penyakit tertentu. Namun, metode diet ketogenik juga diadopsi untuk program pemangkasan lemak tubuh dan penurunan berat badan di industri kebugaran. Bahkan popularitas metode diet ini semakin tinggi karena ikut diterapkan oleh artis-artis internasional ternama. Bagaimana sebenarnya praktik dari diet ini? amankah diet ini untuk dilakukan? artikel berikut akan membahasnya dengan jelas.

Apa itu diet ketogenik?
Diet ketogenik (sering disebut keto) adalah diet rendah karbohidrat, tinggi lemak yang memiliki banyak kesamaan dengan diet Atkins dan diet rendah karbohidrat. Hal ini mempengaruhi asupan karbohidrat yang harus benar-benar dikurangi, dan menggantinya dengan lemak. Prinsip diet ketogenik adalah mengurangi asupan karbohidrat dan menggantinya dengan konsumsi lemak.
Ketosis adalah  keadaan dalam tubuh yang terjadi karena minimnya kadar karbohidrat, sehingga tubuh menggunakan lemak sebagai sumber energi. Penggunaan lemak tubuh secara berlebihan sebagai sumber energi akan mengakibatkan tertumpuknya zat antara hasil pembakaran  lemak tubuh yang disebut zat keton. Inilah yang menjadi mekanisme utama dalam diet ketogenik.
Persentase asupan lemak yang tinggi pada metode diet ketogenik menuntut pelakunya selektif dalam pemilihan sumber makanan. Lemak yang dimaksud disini adalah lemak yang sehat yang terkandung pada daging, telur, minyak nabati dari alpukat, minyak zaitun, minyak biji bunga matahari, minyak ikan, butter, lemak keju, lemak susu, biji-bijian dan lainnya.
Meskipun penggunaannya dalam pemangkasan lemak tubuh dan penurunan berat badan masih diperdebatkan, berbagai penelitian telah membuktikan bahwa diet ketogenik cukup berhasil dalam menurunkan berat badan. Tidak hanya itu, diet ketogenik juga bermanfaat untuk perawatan pasien kanker, pencegahan Alzheimer, manajemen diabetes, memperbaiki sistem metabolisme dan kesehatan jantung.

Diet ketogenik mampu menurunkan berat badan ?
Meskipun diet ini dianjurkan untu banyak mengkonsumsi lemak dibanding karbohidrat namun diet ini dapat menurunkan badan lebih cepat dibanding diet rendah lemak.
Sebuah studi di amerika menemukan bahwa orang-orang yang mengikuti diet ketogenik kehilangan berat badan 2.2 kali lebih cepat dibandingkan dengan mereka yang mengikuti diet kalori terbatas, rendah lemak. Trigliserida dan kadar kolesterol HDL juga meningkat. Studi lainnya menemukan bahwa para peserta diet ketogenik 3 kali lebih cepat menurunkan berat badannya daripada mereka yang mengikuti rekomendasi diet Diabetes Inggris. Hal ini dikarenakan  peningkatan asupan protein, yang bermanfaat sangat besar. Peningkatan keton, menurunkan tingkat kadar gula dan meningkatkan sensitifitas insulin yang juga merupakan kunci yang memiliki peran penting.
Namun perlu dicatat diet ketogenik ini bukanlah pengaturan nutrisi yang dapat dilakukan sendiri. Diet ketogenik adalah terapi yang membutuhkan pengawasan medis secara hati-hati, pengawasan orang tua  dan diet ketogenik juga harus diawasi oleh tim berpengalaman dalam ilmu pengobatan, yang biasanya berbasis pada pusat perawatan khusus epilepsi. Karena diet ketogenik adalah cara yang tidak alami untuk mendapatkan nutrisi, diet ini berpotensi memiliki efek samping berupa  meningkatkan risiko batu ginjal dan dapat menguras kalsium, sehingga berisiko lebih tinggi terkena osteoporosis

Adakah dampak jangka panjang diet ketogenik?
Meskipun keberhasilan diet ketogenik sudah tidak diragukan lagi, namun perubahan yang terjadi pada mekanisme tubuh tentunya akan memberikan dampak apabila dilakukan dalam jangka panjang.
Berikut adalah beberapa dampak yang ditimbulkan ketika melakukan diet ketogenic dalam jangka panjang.
  • Gangguan Keseimbangan Hormon

Perubahan pada jumlah asupan karbohidrat sangat berpengaruh pada keseimbangan hormon, salah satunya yaitu hormon kortisol. Saat tubuh sangat sedikit mengonsumsi karbohidrat, maka kadar kortisol akan meningkat. Hormon kortisol sendiri berhubungan erat dengan stres. Kadar kortisol yang tinggi di dalam tubuh juga dapat mengacaukan sistem hormon lainnya, terutama pada perempuan yaitu hormon esterogen. Hal ini akan menimbulkan berbagai masalah serius seperti gangguan menstruasi, infertilitas, menopause dini, menurunkan mood, serta dapat pula menyebabkan peningkatkan berat badan tanpa diketahui mekanismenya.
  • Gangguan Metabolisme Tubuh

Disadari atau tidak, banyak pelaku diet ketogenik yang sebenarnya tidak melakukan metode diet ini dengan benar. Tingginya jumlah asupan lemak yang harus dikonsumsi kadang membuat mereka kesulitan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Yang terjadi mereka malah melupakan inti dari diet ini yaitu tinggi lemak, sedangkan yang dikonsumsi hanyalah rendah karbohidrat, protein sedang dan lemak sedang. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme tubuh yang berujung pada gangguan funsgi hormon juga. Itulah sebabnya, pelaku metode diet ini harus benar-benar serius dan teliti saat melakukan pemilihan makanan.
  • Gangguan Emosional

Perubahan drastis pada pola makan dapat mengganggu pengaturan emosi dari pelaku diet ketogenik. Pemilihan jenis makanan yang ketat, terkadang membuat mereka sendiri tidak dapat sepenuhnya menikmati makanan yang mereka konsumsi. Saat makan, mereka hanya akan fokus pada diet dan tujuan yang ingin mereka capai, tanpa bisa menikmati makanan yang terhidang. Pikiran-pikiran seperti itu terus memenuhi otak mereka, sehingga akhirnya, saat ada kesempatan berhadapan dengan makanan yang beraneka ragam (misalnya saat pesta), emosi mereka terhadap makanan tersebut dapat menjadi tidak terkontrol. Mereka bisa “khilaf” mengonsumsi banyak makanan tanpa mempedulikan diet yang dijalaninya.

Bahkan, sebuah studi terbaru yang dipublikasikan dalam Journal of American Medical Association, menunjukkan bawa terlalu banyak makan daging merah dalam jangka waktu lama berisiko lebih tinggi terkena kanker kolorektal.



Kesimpulan
Diet ketogenic tidak dapat dikatakan sebuah metode diet yang baik maupun buruk. Baik atau buruknya suatu diet, ditentukan dari bagaimana adaptasi, kesesuaian dan kenyamanan tubuh saat melakukannya. Oleh karena itu telitilah sebelum memilih metode diet yang sesuai dengan kondisi tubuh dan tujuan Anda. Anda perlu berpikir lagi untuk mengikuti program diet semacam ini karena diet ini memangkas banyak makanan yang memberikan nutrisi penting seperti halnya biji-bijian, buah-buahan, dan sayuran yang tentu saja bermanfaat dalam jangka panjang untuk melawan berbagai penyakit.Ada baiknya anda mencoba diet yang lebih sehat dengan diet rendah lemak, rendah karbohidrat, serta diet protein tinggi, yang lebih efektif untuk menurunkan berat badan serta mampu menurunkan kolesterol darah dan insulin.

Referensi:
Red Orbit, dari buku Jennifer Ahn, BScPhmdetik.com
Penulis : Web RSUA

Writer                            : Tri Oktariani Putri, A.Md.Gz
Editor & Proofreader : Jansen Ongko, MS.c, RD
Referensi :
Fetters, A. 2015. What’s Up with The High-Fat Diet Trend—And Does It Work?
Ballantyne, S and Minger, D. Ketogenic Diet Literature Review
Lax, Laurin. Does the Ketogenic Diet Work for Women?
Mawer, R. The Ketogenic Diet 101: A Detailed Beginner’s Guide
Mawer, R. A Ketogenic Diet to Lose Weight and Fight Disease


Komentar

Posting Komentar