Artikel Berkala #1

PENGARUH KONSUMSI MAKANAN TINGGI KALIUM TERHADAP TEKANAN DARAH PADA ORANG HIPERTENSI
Muji Triyani

ABSTRAK
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mempunyai prevalensi kejadian cukup tinggi di Indonesia. Penyakit ini dapat menyerang semua kelompok umur, dari usia muda sampai tua. Gejala dari penyakit ini tidak terlalu nampak, sehingga sulit terdeteksi. Apabila hipertensi tidak mendapat penanganan dengan baik dapat memicu berbagai komplikasi penyakit kardiovaskuler. Artikel ini ditulis dengan tujuan memaparkan beberapa hasil penelitian tentang peran makanan tinggi kalium dalam menurunkan tekanan darah. Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat beberapa jenis makanan yang dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Pada umumnya makanan yang dapat menurunkan tekanan darah adalah makanan dengan kandungan kalium yang tinggi.
Kata kunci: Hipertensi, Makanan, Kalium

ABSTRACT
Hypertension is one disease that has a high prevalence of occurrence in Indonesia. This disease can attack all age groups, from young to old age. Symptoms of this disease is not too visible, so it is difficult to detect. If hypertension does not get handled properly can trigger various complications of cardiovascular disease. This article was written with the aim of explaining some research results about the role of high potassium foods in lowering blood pressure. Some research results show that there are several types of foods that can lower blood pressure in people with hypertension. In general, foods that can lower blood pressure are foods with high potassium content.
Key Word: Hypertension, Foods, Potassium

PENDAHULUAN

Hipertensi sering disebut sebagai silent killer karena termasuk penyakit yang gejalanya tersembunyi namun perlahan-lahan mematikan. Hipertensi dikenal pula sebagai heterogeneous group of disease yaitu, penyakit yang dapat menyerang siapa saja dari semua kelompok umur dan kelompok sosial ekonomi (Depkes, 2006). Hipertensi yang tidak tertangani dapat menyebabkan komplikasi penyakit seperti misalnya stroke, gagal jantung, gagal ginjal, infark miokard, percepatan kehilangan massa tulang dan resiko fraktur, serta masalah ingatan jangka panjang (Escott-Stump, 2008).
Kejadian hipertensi secara global cenderung meningkat, terutama di negara maju dan negara berkembang yang sedang mengalami transisi epidemiologi (Rahajeng, 2009). Di Amerika, diperkirakan 30% penduduknya (± 50 juta jiwa) menderita tekanan darah tinggi (≥ 140/90 mmHg), dengan persentase biaya kesehatan cukup besar setiap tahunnya (Hajjar, 2000). Berdasarkan hasil Riskesdas 2013, prevalensi hipertensi pada tahun 2013 secara nasional sebesar 25.8%.
Berkembangnya hipertensi sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain kurangnya aktivitas fisik dan obesitas, kebiasaan merokok, keadaan stress, riwayat keluarga, dan kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi lemak hewani, kurangnya serat, tinggi natrium dan rendah kalium (Lipoeto, 2002).
Kalium merupakan ion utama yang terdapat pada cairan intraseluler (Almatsier, 2009). Kalium penting dalam mempertahankan keseimbang-an antara cairan intraseluler dengan cairan ekstraseluler (Sloane, 2004). Asupan Kalium pada seseorang dapat mempengaruhi tekanan darah. Asupan rendah Kalium akan mengakibatkan peningkatan tekanan darah dan sebaliknya asupan tinggi Kalium akan mengakibatkan penurunan tekanan darah. peningkatan asupan kalium dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik karena adanya penurunan resistensi vaskular. Resistensi vaskular diakibatkan oleh dilatasi pembuluh darah dan adanya peningkatan kehilangan air dan natrium dari tubuh, hasil aktivitas pompa natrium dan kalium (Anggara, 2012).
Percobaan klinis telah menunjukkan bahwa peningkatan asupan kalium menurunkan tekanan darah, dan efek kalium dalam menurunkan tekanan darah menunjukkan lebih besar saat asupan natrium secara bersamaan tinggi (Otten et al, 2006). Sebenarnya secara alami, banyak bahan pangan yang memiliki kandungan kaliumnya lebih tinggi dibandingkan dengan natrium. Namun, hal ini kemudian menjadi terbalik akibat perilaku penambahan garam dan bumbu penyedap yang banyak ke dalam makanan cepat saji.
Berdasar data yang dikemukakan di atas, penulis berinisiatif untuk membuat artikel ini. Artikel ini ditulis dengan tujuan memaparkan beberapa hasil penelitian tentang peran makanan tinggi kalium dalam menurunkan tekanan darah.

METODE
Artikel ini merupakan hasil telaah dari tiga penelitian tentang pengaruh makanan yang mengandung kalium tinggi terhadap nilai tekanan darah pada penderita hipertensi.
            Pustaka pertama adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2014) yang meneliti tentang Pengaruh Pemberian Jus Mentimun terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Desa Sawahan Porong Sidoarjo. Penelitian tersebut merupakan jenis penelitian eksperimental dengan rancang bangun true experimental. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik simple random sampling (acak) diantara penderita Hipertensi di Desa Sawahan Porong Sidoarjo.
Pustaka kedua diambil dari hasil penelitian Parwanti (2010) dengan judul Efektifitas Konsumsi Juice Wortel terhadap Perubahan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Dusun Gedongsari Wijirejo Pandak Bantul Yogyakarta yang merupakan desain penelitian pra eksperiment. Metode eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan memberikan percobaan atau perlakuan. Sampel penelitian berjumlah 15 orang responden yang diambil secara purposive sampling. Pengambilan data menggunakan tes, instrumen yang digunakan berupa spygnomanomeneter dan stetoskop yang digunakan untuk mengukur tekanan darah responden sebelum dan sesudah mengonsumsi juice wortel selama tiga minggu. Skor yang diperoleh adalah tekanan darah sistole dan diastole.
Penelitian ketiga mengenai Efektifitas Buah Belimbing terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Sumolepen Kelurahan Balongsari Kota Mojokerto yang dilakukan oleh Dwipayanti (2011). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 30 responden yang diambil menggunakan teknik purposive sampling. Pemberian terapi buah belimbing dilakukan selama 3 hari berturut-turut dengan frekuensi pemberian 2 kali sehari.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian Ningsih (2014) menunjukkan bahwa tekanan darah penderita pada kelompok perlakuan sesudah diberikan jus mentimun sebagian besar mengalami penurunan tekanan darah yaitu sebanyak 32 responden (88,9%) dan hanya 4 responden (11,1%) yang tidak mengalami penurunan tekanan darah. Sedangkan, pada kelompok kontrol tekanan darah responden sesudah diberikan jus mentimun sebanyak 21 responden (58,2%) mengalami penurunan tekanan darah dan pada 15 responden (41,7%) tidak terjadi penurunan tekanan darah.
Penurunan tekanan darah ini  disebabkan karena adanya mekanisme kontrol sistem saraf pernafasan yang mempengaruhi kecepatan detak jantung dan perubahan tekanan darah yang menyesuaikan dengan kecepatan pernafasan yang terjadi setelah diberikan jus mentimun (Ningsih, 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Parwanti (2010) menunjukan bahwa adanya penurunan tekanan darah sistole sebesar 6 mmHg dan 5,4 mmHg pada tekanan darah diastole setelah responden mengonsumsi juice wortel selama enam minggu.
Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Dwipayanti (2011) tentang Efektifitas Buah Belimbing terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Sumolepen Kelurahan Balongsari Kota Mojokerto menunjukan adanya penurunan nilai rata-rata MAP sebesar 13,67 mmHg setelah responden diberikan terapi buah belimbing. Terjadinya penurunan tekanan darah responden disebabkan oleh tingginya kandungan kalium dan rendahnya natrium dalam buah belimbing.
Tekanan Darah
Tekanan darah didefinisikan sebagai tekanan yang dihasilkan oleh darah di pembuluh darah (Ronny dkk, 2009). Menurut Corwin (2009) tekanan darah bergantung pada kecepatan  denyut jantung, volume sekuncup, dan Total Resistance Peripheral (TPR).   
Tekanan darah merupakan tekanan pada dinding pembuluh darah akibat kontraksi ventrikel jantung saat mengalirkan darah ke sirkulasi sistemik melalui arteri. Tekanan pada ventrikel sulit diukur, sehingga tekanan arteri dianggap dapat merefleksikan tekanan ventrikel dan menggambarkan tekanan yang dihasilkan oleh pompa jantung.
            Tekanan darah sistole (TDS) merupakan tekanan tertinggi pada arteri saat pertama kali aliran darah terdengar, dan menggambarkan siklus jantung saat otot ventrikel ber-kontraksi memompa darah ke aorta dan arteri pulmonalis. Tekanan darah diastole (TDD) merupakan tekanan terendah pada arteri, yang meng-gambarkan darah masuk dalam ventrikel saat otot ventrikel berelaksasi. Pengukuran TDS dan TDD dapat digunakan sebagai panduan untuk menilai tekanan arteri.
Mekanisme Pengaturan Tekanan Darah
            Mekanisme pengaturan tekanan darah normal diklasifikasikan menjadi 2 yaitu pengaturan tekanan darah jangka pendek dan pengaturan tekanan darah jangka panjang (Corwin, 2009). Pengaturan tekanan darah jangka pendek melibatkan refleks neuronal susunan saraf pusat dan regulasi curah jantung. Pengaturan tekanan darah jangka panjang mengatur homeostatis sirkulasi melalui sistem hormonal endokrin sebagai organ pengatur utama distribusi cairan ekstraseluler. Mekanisme pengaturan tekanan darah jangka panjang melibatkan sistem renin-angiotensin-aldosteron.
Mekanisme Terjadinya Hipertensi
            Regulasi tekanan darah dalam tubuh bergantung pada kecepatan denyut jantung, volume sekuncup, dan TPR. Peningkatan salah satu dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi tersebut dapat menyebabkan hipertensi (Corwin, 2009).
            Peningkatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan saraf simpatis atau hormonal yang abnormal. Peningkatan denyut jantung yang kronis seringkali menyertai kondisi hipertiroidisme (Corwin, 2009). Kondisi ini menyebabkan tubuh menahan kelebihan sodium dan kehilangan potasium yang memicu hipertensi, penambahan berat badan, lemah otot, dan retensi cairan.
Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi akibat gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam berlebihan (Corwin, 2009). Ginjal mengatur tekanan darah dengan mengontrol volume cairan ekstraseluler dan mensekresikan renin, yang mana selanjutnya akan mengaktifkan sistem renin-angiotensin. Saat mekanisme regulator tersebut terganggu, terjadilah hipertensi (Krummel, 2004). Hal ini disebabkan
hipertensi distimulasi oleh sistem renin-angiotensin, rendahnya diet kalium, dan penggunaan obat cyclosporine. Semua ini menyebab-kan vasokonstriksi, yang dapat mengakibatkan iskemia atau perubahan arterial (Krummel, 2004). Selain peningkatan asupan diet garam, peningkatan abnormal kadar renin dan aldosteron atau penurunan aliran darah ke ginjal juga dapat mengganggu pengendalian garam dan air (Corwin, 2009).
            Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan komposisi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkan kembali, cairan intraseluler harus ditarik keluar sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Bertambahnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak pada timbulnya hipertensi (Atun, 2014).
Peningkatan TPR yang kronis dapat terjadi pada peningkatan rangsangan saraf simpatis atau hormon pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan dari arteriol terhadap rangsangan normal. Pada peningkatan TPR, jantung harus memompa lebih kuat, dan dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk mendorong darah melintasi pembuluh darah, sehingga menyebabkan tekanan darah tinggi (Corwin, 2009).
Mekanisme Kalium Menurunkan Tekanan Darah
            Menurut Listyaningsh Atun (2014), Asupan natrium yang rendah dengan tingginya asupan kalium mencegah dan mengurangi tekanan darah tinggi. Kalium dapat menurunkan tekanan darah karena berfungsi sebagai diuretik, sehingga pengeluaran natrium dan cairan meningkat.
Pemanfaatan mentimun dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi yaitu dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (melalui air seni) (Mangonting, 2008). Dimana mentimun mengandung mineral yaitu kalium, magnesium, dan pospor. Selain itu mentimun juga bersifat diuretik karena mengandung banyak air sehingga membantu menurunkan tekanan darah (Myrank, 2009).
            Kadar kalium yang tinggi dapat menurunkan tekanan darah melalui beberapa cara. Pertama, menghambat sekresi renin, sehingga angiotensinogen tidak dapat diubah menjadi angiotensin I. Kedua, kadar kalium yang tinggi dapat menyebabkan penurunan sekresi aldosteron, sehingga cairan intravaskuler menurun karena natrium keluar. Ketiga, kalium dapat menyebabkan penurunan potensial membran sehingga otot pembuluh darah relaksasi (Dalimarta, 2000).
Awal mula terjadinya hipertensi yaitu melaui terbentuknya Angiotensin I yang diubah menjadi Angiotensin II oleh ACE (Angiotensin I-Converting Enzyme) yang memiliki peran dalam menaikan tekanan darah melalui 2 aksi utama, yaitu menurunnya cairan intraseluler dan meningkatnya cairan ekstraseluler dalam tubuh. Namun, dengan pemberian terapi makanan yang kaya kalium dan rendah natrium seperti buah belimbing, maka 2 aksi utama tersebut telah mengalami perubahan arah dari semula. Tingginya kadar kalium akan mampu menurunkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. Hormon ini bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Jika ADH menurun, maka urin yang diekskresikan akan meningkat, sehingga menjadi encer dengan osmolalitas yang rendah. Untuk memekatkannya, volume cairan intraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian ekstraseluler. Sedangkan menurunnya konsentrasi NaCl akan dipekatkan dengan cara menurunkan cairan ekstraseluler yang kemudian akan menurunkan tekanan darah (Astawan, 2010).

KESIMPULAN
            Adapun kesimpulan dari penulisan ini adalah terdapat hubungan yang bermakna secara statistik maupun fisiologis antara asupan kalium dengan nilai tekanan darah pada orang yang menderita hipertensi. Apabila asupan kalium tinggi, maka tekanan darah akan menurun. Hal tersebut karena kalium dapat membantu pengeluaran cairan yang ada di dalam tubuh.

SARAN
      Diharapkan agar semua orang memperhatikan pola asupan makanan yang dikonsumsinya, terutama rasio asupan kalium dan natrium untuk menjaga tekanan darah normal.

DAFTAR PUSTAKA
Anggara, Febby Haendra D. dan Nanang Prayitno. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan degan Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni Cikarang Barat Tahun 2012. Dalam Jurnal Ilmiah Kesehatan. Vol. 5 No. 1.
Astawan, Made. 2009. Cegah Hipertensi dengan Pola Makan. http://zamagung.student.umm.ac.id/2010/07/09/artikel-kesehatan-blitar/Beevers,
Atun, Listyaningsih, dkk. 2014. Asupan Sumber Natrium, Rasio Kalium Natrium, Aktivitas Fisik, dan Tekanan Darah Pasien Hipertensi. MGMI Vol. 6, No. 1 : 63-71.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. diterjemahkan oleh Nikhe Budhi Subekti. Jakarta: EGC.
Dalimarta, S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Bogor: Trubus Agriwidya.
Depkes. 2006. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi. Jakarta: Depkes RI.
Dwipayanti, Putri Indah. 2011. Efektifitas Buah Belimbing terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Sumolepen Kelurahan Balongsari Kota Mojokerto. Jurnal Keperawatan Vol. 1. No. 1.
Escott-Stump, Sylvia. 2008. Nutrition and Diagnosis-Related Care Sixth Edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins.
Farapti, Sayogo, Safitri. 2014. Air Kelapa Muda - Pengaruhnya terhadap Tekanan Darah. CDK-223/ vol. 41 no. 12.
Hajjar I, Kotchen TA. 2003. Trends In Prevalence, Awareness, Treatment, And Control Of Hypertension In The United States, 1998 – 2000. JAMA
Hernawati. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron: Perannya dalam Pengaturan Tekanan Darah dan Hipertensi. Jurusan Pendidikan Biologi. FPMIPA. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Krummel, Debra A. 2004. Medical Nutrition Theraphy in Hypertension. Dalam L. Kathleen Mahan dan Sylvia Escott-Stump. Krause’s Food, Nutrition, and Diet Therapy. USA: Elsevier.
Mangoting, D. etal. 2008. Tanaman Lalap Berkhasiat Obat. Jakarta: Penebar Swadaya
Mulki, Rainy. 2014. Hubungan Antara Asupan Natrium, Asupan Kalium, Rasio Asupan Natrium : Kalium dengan Tekanan Darah pada Pasien Puskesmas Pasirkaliki Kecamatan Cicendo Kota Bandung. Karya Tulis Ilmiah. Politeknik Kemenkes Bandung.
Myrank. 2009. Awas, Bom Hipertensi!.ttp://www.myrank.web.id/tag/hipertensi
Ningsih, Wiwit Widiana. 2014. Pengaruh Pemberian Jus Mentimun terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Desa Sawahan Porong Sidoarjo. Jurnal Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit. Mojokerto.
Otten, Jennifer et al. 2006. Dietary References Intakes: The Essential Guide to Nutrient Requirements. Washington DC: Institute of Medicine.
Parwanti, Fitri. 2010. Efektifitas Konsumsi Juice Wortel terhadap Perubahan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Dusun Gedongsari Wijirejo Pandak Bantul Yogyakarta. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah. Yogyakarta.
Rahajeng E, Tuminah S. 2009. Prevalensi Hipertensi Dan Determinannya Di Indonesia. Maj Kedokt Indon, Vol. 59, No. 12.
Ronny, dkk. 2009. Fisiologi Kardiovaskular Berbasis Masalah Keperawatan. Jakarta: EGC.





Komentar