POJOK GIZI #3: "Puasa: Dari Tubuh, Makanan hingga Olahraga"

Puasa: Dari Tubuh, Makanan hingga Olahraga
Oleh: Anne Rufaida

Puasa secara bahasa adalah menahan diri dari sesuatu. Sedangkan secara terminologi, adalah menahan diri pada siang hari dari berbuka dengan disertai niat berpuasa bagi orang yang telah diwajibkan sejak terbit fajar hingga terbenam matahari.
Puasa dan detoksifikasi adalah pengetahuan kuno. Selama berabad-abad puasa telah dijalankan manusia sebagai ibadah dalam berbagai agama. Puasa telah menjadi terapi penyembuhan paling tua dalam sejarah pengobatan manusia. Di nusantara, puasa juga dijadikan sebagai upaya untuk mengasah kesaktian, ketajaman batin dan masuk dalam dilatasi waktu. Bahkan ilmuwan dan cendekiawan masa lalu seeperti Socrates, Hippocrates, Galen , Plato maupun Phytagoras juga melakukan puasa untuk kesehatan dan mempertajam daya pikir mereka. (Ana, 2008)
Puasa sering disalah kaprahkan sebagai upaya manusia menahan lapar pada waktu tertentu. Puasa ditinjau dari aspek kesehatan adalah sebuah upaya detoksifikasi (proses pengeluaran zat-zat yang memiliki sifat toksin atau racun dari dalam tubuh). Dengan demikian puasa mendorong manusia untuk menjadi lebih sehat. Bukan hanya fisik saja tapi juga batin.

Yang Terjadi Pada Tubuh Saat Puasa
Berpuasa memiliki banyak manfaaat terhadap kesehatan. Meskipun tidak ada asupan makanan dalam beberapa waktu, tubuh tetap melakukan metabolisme sehingga tidak menyebabkan gangguan kesehatan. Tubuh memiliki caranya sendiri dalam menyesuaikan diri saat berpuasa. Meski ketahanan tubuh setiap orang berbeda-beda, tetapi semua manusia tidak akan bermasalah bila hanya menahan lapar dan haus selama setengah hari saat berpuasa.
Setelah makan sahur maka metabolisme tubuh akan menghasilkan glukosa yang berfungsi sebagai sumber energi dan kemudian disalurkan ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Glukosa dapat mencukupi kebutuhan tubuh selama enam jam. Saat glukosa habis, maka akan merasa lapar. Namun sebenarnya kebutuhan akan glukosa masih dapat terpenuhi karena masih ada cadangan gula di dalam hati yang dapat diproduksi menjadi glukosa dan cukup untuk kebutuhan tubuh selama 12 jam.
Sumber energi juga bisa diambil dari lemak yang ada di dalam tubuh. Sehingga berpuasa dapat mengurangi lemak dalam tubuh. Namun, kebutuhan energi yang berasal dari glukosa cadangan hanya akan dapat digunakan tubuh untuk kerja organ dan sel-sel tubuh.
Sementara pencernaan tubuh juga akan menjadi lebih baik karena bekerja lebih teratur dan ada waktu untuk beristirahat. Selain itu, tubuh juga dapat lebih cepat mengeluarkan racun karena semakin sedikit makanan yang masuk ke dalam tubuh maka akan semakin sedikit juga racun yang masuk sehingga lebih mudah untuk mengeluarkannya. Hal tersebut tentu saja dapat mengurangi tumpukan racun di dalam tubuh yang dapat membahayakan kesehatan. (Agus, 2004)
Sel abnormal yang dapat berkembang menjadi kanker juga tidak akan mendapat nutrisi sehingga risiko untuk terserang kanker menjadi semakin kecil. Pada saat berpuasa, produksi hormon kortisol yang menyebabkan stres juga akan menurun sehingga akan merasa lebih tenang dan sel-sel tubuh juga dapat bekerja dengan lebih baik. (Agus, 2004)

Makanan yang baik dikonsumsi saat Sahur dan berbuka puasa
Untuk sahur
Menu untuk Sahur harus sehat, karena pada keadaan ini makanan yang dikonsumsi harus mampu menyediakan energi yang cukup untuk bertahan selama berjam-jam saat Anda berpuasa.
Untuk Sahur harus terdapat makanan seperti:
a.       Buah-buahan dan sayuran
Buah-buahan dan sayur mengandung serat sehingga dapat meningkatkan rasa kenyang dan membantu mencegah terjadinya sembelit. Selain itu buah-buahan dan sayuran juga mengandung vitamin, mineral dan fitokimia yang penting untuk kesehatan.
b.      Beras dan karbohidrat lainnya
Karbohidrat tinggi serat seperti beras merah dan roti gandum membutuhkan waktu lebih lama untuk dicerna, sehingga membantu untuk mempertahankan energi yang lebih lama.
c.       Daging dan sumber protein lainnya
Ayam tanpa kulit, ikan dan produk susu rendah lemak adalah sumber protein. Dengan mengonsumsi makanan tinggi protein hal ini akan membatasi asupan lemak. Selain itu, makanan tinggi protein membantu memperbaiki dan membentuk jaringan tubuh, dan membangun sistem kekebalan tubuh.
d.      Mengkonsumsi produk susu tinggi kalsium
Mengkonsumsi produk susu tinggi kalsium juga membantu mempertahankan tulang yang kuat. Untuk seseorang yang alergi terhadap laktosa dapat memilih susu bebas laktosa atau susu kedelai yang diperkaya kalsium.

Untuk berbuka puasa
Saat berbuka adalah waktu dimana mengisi kembali energi yang hilang selama berpuasa sehingga diperlukan untuk mengkonsumsi makanan dari semua kelompok makanan utama: seperti buah dan sayuran, nasi, serta daging (termasuk susu).
a.       Buah dan sayuran
Health Promotion Board (HPB) merekomendasikan dua porsi sayuran dan dua porsi buah per hari. Sehingga harus mengkonsumsi masing-masing satu porsi buah dan satu porsi sayuran dalam dua kali makan.
Selama bulan Ramdhan kurma menjadi makanan wajib yang sering dikonsumsi. Selain merupakan sumber energi yang baik, kurma juga kaya akan kalium sehingga  membantu otot dan saraf berfungsi dengan baik. Namun jangan terlalu banyak mengkonsumsi kurma, karena kurma tinggi akan gula.
b.      Beras dan karbohidrat lainnya
Roti gandum, beras merah atau mie gandum adalah karbohidrat kompleks yang memberikan tubuh energi, kaya akan serat dan mineral. Dibandingkan dengan makanan manis dan makanan penutup yang akan terbakar dengan cepat, karbohidrat kompleks ini memberikan energi yang lebih stabil dan bertahan lama.
c.       Daging dan sumber protein lainnya
Jangan lupakan makanan yang satu ini yaitu makanan yang kaya akan protein seperti daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, ikan, telur, kacang-kacangan dan produk susu rendah lemak.
Untuk menjaga makanan tetap sehat, batasi penggunaan minyak dan lebih baik mengunakan cara mengukus, memanggang, memanggang. Ketika memilih minyak, juga harus lebih baik memilih lemak tak jenuh seperti minyak canola dan minyak kedelai.

Metode Olahraga Saat Berpuasa
Saat puasa, penentuan intensitas dalam berolahraga sangat penting. Menurut Djoko P.I (2000: 14) intensitas adalah kualitas yang menunjukkan berat-ringannya latihan. Olahraga di bulan ramadhan dapat dilakukan dengan intensitas 40% hingga 50% lebih sedikit dari zona latihan yang biasa dilakukan. Contoh: apabila biasa lari lima kali seminggu selama satu jam, maka saat puasa cukup lakukan jalan cepat tiga kali seminggu, masing-masing 30 menit. Setiap berolahraga di bulan ramadhan juga jangan lupa melakukan pemanasan dan pendinginan. Lakukan gerakan-gerakan peregangan (stretching), dengan tujuan dapat terhindar dari cedera atau nyeri otot setelah melakukan olahraga.
Olahraga selama puasa jangan dilakukan terlalu berat. Sebab akan menguras tenaga, kekurangan cairan atau dehidrasi, apalagi jika tinggal daerah iklim panas. Cukup olah raga ringan seperti senam ringan, jalan dan jogging selama 20 s/d 30 menit. Waktu pelaksanaan olahraga: 1) Saat menjelang buka puasa, jika haus atau lemas karena kurangnya kadar gula dalam darah hanya berlangsung beberapa saat saja. Waktu berbuka dapat segera diatasi dengan minum minuman manis. Berbeda jika olahraga yang dilakukan pagi atau siang hari. Jika terjadi haus atau lemas tentu akan menimbulkan masalah, karena waktu berbuka puasa masih lama. 2) Usai salat tarawih 3) Menjelang sahur. Apabila olahraga menjelang berbuka puasa tentu harus menyesuaikan dengan kondisi tubuh. Jika rasa lemas dan haus cukup mengganggu, ini merupakan bahasa tubuh atau gejala kita kekurangan cairan dan gula darah. Maka sebaiknya olahraga tidak dilakukan.
Untuk olahraga lain, bisa menggunakan sepeda, spinning atau jalan di atas treadmil. Olahraga seperti jalan sehat atau jalan cepat juga bisa menjadi pilihan. Olahraga kardio tersebut justru dianjurkan sebelum berbuka puasa. Latihan pembakaran yang berfungsi untuk kardiovaskular tersebut bermanfaat saat perut kosong. Satu atau setengah jam sebelum berbuka, latihan kardio bisa membakar lemak untuk dipergunakan sebagai energi. Menurut personal trainer profesional Jefry Sihite, latihan seperti, yoga, pilates, body balance, lebih tepat dilakukan saat berpuasa. Selain intensitas rendah, latihan tersebut juga memiliki manfaat bagi pikiran dan jiwa.

Referensi:
Djoko P.I 2000. Panduan Latihan Kebugaran (Yang Efektif dan Aman). Yogyakarta: Lukman Offset.
Fauziyati, Ana. 2008. “Adaptasi Fisiologis Selama Puasa”. Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 5(1): 183-209.
Mustofa, Agus. 2004. Untuk Apa Berpuasa. Yogjakarta; PADMA Press.


Prasetyo, Yudik. 2009. Olahraga di Bulan Ramadhan. Yogjakarta; Universitas Negeri Yogjakarta.

Komentar