POJOK GIZI #1: "Cegah Stunting pada Anak dengan Optimalisasi 1000 HPK"

Cegah Stunting pada Anak degan optimalisasi 1000 HPK
Oleh: Baiti Kinasih
Program Studi Ilmu Gizi Jurusan Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman

Siapa yang tidak ingin memiliki tubuh tinggi ideal? Tinggi badan merupakan aspek penting yang mempengaruhi tingkat percaya diri seseorang karena sangat berkaitan dengan penampilan. Banyak orang yang berlomba-lomba untuk meningkatkan tinggi badan dengan mengonsumi suplemen penambah tinggi yang mungkin tidak dibutuhkan oleh tubuh. Tahukah kamu, bahwa tinggi badan kita sangat dipengaruhi oleh nutrisi ibu selama kehamilan?
Menurut Victora (2008), faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak langsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami Intrauterine Growth Retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan serta berpotensi untuk terkena penyakit degeneratif saat dewasa kelak (fetal origin desease). Hal ini dikarenakan masa kehamilan ibu merupakan bagian dari 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK).
Periode 1000 HPK meliputi 270 hari selama janin masih dalam kandungan dan 730 hari pertama setelah kelahiran bayi. Periode ini biasa disebut “Periode emas” karena sangat menentukan kualitas hidup individu di masa depan. Pada periode 1000 HPK terjadi optimalisasi pembentukan, pertumbuhan, dan perkembangan sistem saraf, otak, dan organ vital lainnya. Tidak tercukupinya kebutuhan individu pada masa 1000 HPK dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan seperti pada kasus stunting.
Stunting atau terhambatnya pertumbuhan tubuh merupakan salah satu bentuk kekurangan gizi yang ditandai dengan tinggi badan menurut umur dibawah (< - 2 SD) standar deviasi dengan referensi WHO 2005. Stunting disebabkan oleh beberapa faktor seperti kurangnya asupan ibu pada saat hamil dan pola asuh yang tidak tepat. Karakteristik batita stunting antara lain sering terkena penyakit infeksi, riwayat panjang badan lahir < 48cm, riwayat pemberian ASI dan makanan pendamping ASI kurang baik, dan memiliki riwayat berat badan lahir rendah (Kusumawati, 2016).
Stunting pada anak juga meningkatkan lecenderungan untuk menderita penyakit tekanan darah tinggi, diabetes,  jantung dan obesitas ketika anak stunting menjadi dewasa. Anak stunting mempunyai rata-rata IQ 11 point lebih rendah dibandingkan rata-rata anak yang tidak stunting. Anak yang stunting memiliki risiko 9,2 kali lebih besar untuk memiliki nilai IQ di bawah rata-rata, dan rata-rata prestasi belajar lebih rendah dibandingkan dengan anak yang tidak stunting (Lestari, 2014). Hal ini tentunya berpengaruh terhadap kualitas kerja dan produktivitas ekonomi anak stunting di usia mendatang. Kualitas kerja yang burak dan produktivitas yang rendah akan menurunkan akses gizi dan kesehatan yang rendah pula. Akses gizi dan kesehatan yang rendah pada ibu akan menciptakan generasi stunting dimasa mendatang.
Untuk menekan angka stunting, perlu dilakukan tidakan preventif seperti:
1.         Pada ibu hamil
·      Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik dalam mengatasi stunting. Ibu hamil perlu mendapat makanan yang baik, sehingga apabila ibu hamil dalam keadaan sangat kurus atau telah mengalami Kurang Energi Kronis (KEK), maka perlu diberikan makanan tambahan kepada ibu hamil tersebut.
·      Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama kehamilan.
·      Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit
2.        Pada saat bayi lahir
·      Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
·      Bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI Eksklusif)
3.        Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun
·      Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih.
·      Bayi dan anak memperoleh kapsul vitamin A, imunisasi dasar lengkap.
4.        Memantau pertumbuhan Balita di posyandu merupakan upaya yang sangat strategis untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan
5.         Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) harus diupayakan oleh setiap rumah tangga termasuk meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi, serta menjaga kebersihan lingkungan. PHBS menurunkan kejadian sakit terutama penyakit infeksi yang dapat membuat energi untuk pertumbuhan teralihkan kepada perlawanan tubuh menghadapi infeksi, gizi sulit diserap oleh tubuh dan terhambatnya pertumbuhan.
Stunting merupakan akibat dari multifaktor berbagai sektor kehidupan yang saling berkesinambungan. Stunting akan terus menjadi siklus yang dapat menurunkan kualitas sumberdaya manusia Indonesia. Tugas kita sebagai penerus bangsa Indonesia untuk memutus mata rantai penyebab stunting, yaitu dengan mengupayakan optimalisasi 1000 hari pertama kelahiran, sehingga dapat tercipta generasi emas 2025.

Referensi:
Kementerian Kesehatan RI. 2016. Situasi Balita Pendek. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI: Jakarta.
Kusumawati, E., Setiyowati R., Hesti P. S. 2015. “Model Pengendalian Faktor Risiko Stunting pada Anak Usia di Bawah Tiga”. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9(3): 249-256.
________­_. 2016. “Upaya Perbaikan Gizi 1000 Hari Pertama Kehidupan dalam Rangka Pencegahan Stunting Balita melalui Optimalisasi Peran Tenaga Gizi Di Kabupaten Banyumas”. Jurnal Kesmasindo. Vol. 8 (2): 90-98.
Lestari, W., dkk. 2014. “Faktor Risiko Stunting pada Anak Umur 6-24 Bulan di Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam Provinsi Aceh”. Jurnal Gizi Indonesia. Vol. 3, No. 1: 37-45.
Nurjannah, A. L., Didik T., Yulia L. R. D. 2016. “Path Analysis on the Effect of Breastfeeding Complementary Food Pattern, Maternal Schooling, Family Income,  and Birthweight, on Nutritional Status in Children Underfive”. Journal of Maternal and Child Health. Vol. 1(3): 194-202.
Rahmad, A. H., Ampera Miko. 2016. “Kajian Stunting pada Anak Balita Berdasarkan Pola Asuh dan Pendapatan Keluarga Di Kota Banda Aceh”. Jurnal Kesmasindo. Vol. 8(2):58-77.
Victora CG, Adair L, Fall C, Hallal PC, Martorell M, Richter L, Sachdev HS . 2008. “Maternal and Child Undernutrition Study Group Maternal and child undernutrition: consequences for adult health and human capital”. The Lancet.Vol. 37: 340-357.

Komentar