Pernah mendengar
informasi tentang gula rendah kalori? Ya, gula rendah kalori ternyata banyak
dianggap oleh banyak orang sebagai salah satu solusi bagi mereka yang sedang
melakukan diet penurunan berat badan yang sering dilakukan oleh kaum wanita.
Dengan mengkonsumsinya, diharapkan agar mereka bisa mengurangi asupan gula
setiap harinya sehingga resiko mengalami obesitas atau peningkatan kadar gula
dalam darah pun bisa ditekan. Namun, apakah memang benar jika gula rendah
kalori ini bisa menjadi solusi sehat bagi kita yang menyukai makanan atau
minuman manis?
Apa Itu Gula?
Gula
adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditi
perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristal
sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis pada makanan
atau minuman. Gula sederhana, seperti glukosa (yang diproduksi dari sukrosa
dengan enzim atau hidrolisis asam), menyimpan energi yang akan digunakan oleh
sel. Gula sebagai sukrosa diperoleh dari nira tebu, bit gula, atau aren.
Meskipun demikian, terdapat sumber-sumber gula minor lainnya, seperti kelapa.
Gula ini disebut juga dengan gula alami atau pemanis alami, karena berasal dari
tanaman. Proses untuk menghasilkan gula mencakup tahap ekstrasi (pemerasan)
diikuti dengan pemurnian melalui distilasi (penyulingan).
Menurut
American Heart Foundation, perempuan sebaiknya tidak mengkonsumi lebih dari 100
kalori tambahan dari gula perhari dan laki – laki 150 kalori per harinya.
Artinya, untuk perempuan tidak lebih dari 25 gr per hari, dan 37,5 gr untuk
laki – laki. Jumlah itu sudah mencakup gula di minuman, makanan, kudapan,
permen, dan semua yang dikonsumsi pada hari itu (Darwin, 2013).
Pemanis
gula sangat sering kita jumpai di pasaran, yang paling umum kita gunakan adalah
gula pasir. Namun, selain gula pasir, masih ada beberapa jenis gula yang lain
di pasaran. Menurut Darwin (2013), gula terbagi beberapa jenis, yaitu : gula
pasir, Gula Pasir Kasar (Crystallized Sugar), Gula Balok atau Gula Dadu, Gula
Icing atau Icing Sugar atau Confection Sugar, Gula Batu, Brown Sugar(dari
tetesan tebu), gula merah dan gula aren.
Selain
gula-gula alami, banyak juga gula-gula yang terbuat dari proses kimiawi yang
dijual di pasaran. Banyak orang berusaha untuk menghindari gula, dan berlaih ke
gula buatan. Gula buatan ini disebut juga gula rendah kalori atau yang dikenal
pemanis buatan (artificial sweeteners).
Lalu,
apa itu Gula rendah kalori?
Pemanis
buatan (artificial sweeteners) merupakan bahan tambahan yang dapat menyebabkan
rasa manis dalam makanan tetapi tidak memiliki nilai gizi. Senyawa yang secara
substansial memiliki tingkat kemanisan lebih tinggi, yaitu berkisar antara 30
sampai dengan ribuan kali lebih manis dibandingkan pemanis alami. Karena
tingkat kemanisannya yang tinggi, penggunaan pemanis buatan dalam produk pangan
hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil sehingga dapat dikatakan rendah kalori atau
tidak mengandung kalori. Selain itu penggunaan pemanis buatan untuk bahan
tambahan minuman atau makanan jauh lebih murah dibanding penggunaan pemanis
alami (BPOM, 2004).
Namun, jenis gula ini bila
dikonsumsi secara berkala akan berdampak tidak baik untuk tubuh. Menurut Darwin
(2013) ada 3 jenis gula buatan, seperti:
a. High Fructose Corn Syrup Gula jenis ini terbuat dari
tepung jagung sebagai bahan baku, memiliki tekstur cair seperti syrup. Gula
jagung memiliki tingkat kemanisan yang sangat inggi, 1,8 kali dibanding dengan
gula biasa. Dimana rasa manis tersebut akan meningkatkan rasa lapar sehingga
tubuh menginginkan karbohidat berlebih.
b.
Sorbitol,
saditol, dan Maninitol
Gula jenis ini terdapat dalam permen bebas gula, obat batuk, serta makanan dan
minuman berlabel ‘diet’. Gula buatan ini akan menghambat proses metabolisme
alami tubuh kita karena tidak dapat dicerna secara baik oleh tubuh.
c.
Saccharin
dan Aspartame
Gula jenis ini sering digunakan dalam minuman rendah kalori dan rendah gula.
Keduanya mengandung kalori yang rendah, namun memiliki tingkat kemanisan yang
tinggi.
Lalu, Mana yang lebih baik?
Plus minus gula
pasir
Gula pasir memiliki rasa yang paling enak jika dibandingkan dengan
pemanis buatan. Beberapa jenis pemanis buatan meninggalkan after
taste seperti rasa pahit, misalnya. Gula pasir juga diperoleh dari
bahan alami yaitu tebu, sehingga kecil kemungkinannya menimbulkan alergi atau
reaksi lainnya. Sementara pemanis buatan, contohnya aspartam, mengandung
fenilalanin yang sangat berbahaya bagi mereka yang menderita fenilketonuria.
Namun, gula pasir mengandung kalori yang cukup tinggi. Tiap satu sendok
makan gula pasir mengandung kurang lebih 37 kalori. Jika Anda menggunakan dua
sendok makan untuk membuat teh, maka total kalori yang Anda konsumsi sudah
sebesar 74 kalori, hanya dari gula saja. Dan sering kali kita tidak sadar sudah
berapa banyak gula yang kita konsumsi. Hal ini dapat menyebabkan kenaikan berat
badan yang akan diikuti dengan meningkatnya risiko penyakit lain. Tidak hanya
penyakit degeneratif, Anda juga rentan mengalami sakit gigi.
Kelebihan
pemanis buatan
Pada
dasarnya pemanis buatan (artificial sweeteners) merupakan senyawa yang secara
substansial memiliki tingkat kemanisan lebih tinggi, yaitu berkisar antara 30
sampai ribuan kali lebih manis dibandingkan sukrosa. Tingginya tingkat
kemanisan pemanis buatan, menyebabkan penggunaannya hanya dalam jumlah kecil
sehingga dikatakan rendah kalori atau tidak mengandung kalori. Selain itu
penggunaan pemanis buatan juga jauh lebih murah dibandingkan sukrosa. Seperti
diketahui, sukrosa sebagai bahan pemanis alamiah memiliki kandungan kalori yang
cukup tinggi, yaitu sebesar 251 kal/100 gram bahan (Usmiati & Yuliani
2007).
Dengan jumlah kalori yang sedikit
bahkan hampir tidak ada pemanis buatan sering digunakan dalam produk yang
dikhususkan bagi mereka yang sedang diet. Sebagai perbandingan, jika berat
badan Anda kurang lebih 55 kg dan Anda menyeduh kopi menggunakan dua sachetpemanis
buatan, maka Anda bisa mengonsumsi sekitar 116 gelas kopi untuk mencapai batas
maksimum konsumsi pemanis buatan dalam sehari. Hal ini disebabkan oleh tingkat
kemanisan pemanis buatan yang jauh lebih tinggi dari gula biasa. Aspartam misalnya,
tingkat kemanisannya 200 kali lipat jika dibandingkan dengan sukrosa atau gula
pasir. Bandingkan berapa banyak kalori yang Anda konsumsi jika Anda menyeduh
116 gelas kopi menggunakan gula pasir. Penggunaan pemanis buatan jelas bisa
memotong jumlah asupan kalori Anda yang berasal dari gula.
Selain itu pemanis buatan cenderung tidak meningkatkan kadar gula darah,
karena memang bukan termasuk karbohidrat. Berbeda dengan gula pasir yang
termasuk golongan karbohidrat dan dapat memicu kerja insulin ketika dikonsumsi.
Maka pemanis buatan sering pula ditemukan dalam produk khusus bagi penderita
diabetes.
Kekurangan
pemanis buatan
Dari
berbagai penelitian yang telah dilakukan melalui hewan percobaan, misalnya di
Institut Kanker Nasional di Amerika bahwa efek langsung bahan pemanis buatan
adalah penyebab kanker. Maka dari itu dalam penggunaannya harus hati-hati,
tidak berlebihan artinya dalam dosis yang tinggi akan tetap menyebabkan
timbulnya gejala-gejala tertentu (Linda, 2006). Selain mengakibatkan kanker, pemanis
buatan juga dapat menyebabkan radang saluran nafas, migrain, dan gigi keropos
jika penggunaannya melebihi batas yang ditentukan. Pada penelitian Bigal dan
Krymchantowski (2006), sucralose dapat mengakibatkan migrain jika berlebihan.
Bagaimana dengan Aspartam? Pemanis buatan ini juga
menimbulkan kontroversi karena efek samping yang ditimbulkannya. Tingkat
kemanisannya bisa 180-200 kali lebih manis dari gula biasa dan saat ini banyak
digunakan sebagai gula diet. Contohnya Nutrasweet & Equal.
Berdasarkan penelitian, ternyata di dalam tubuh, Aspartam akan
terurai menjadi komponen yang bisa membahayakan kesehatan, yaitu :
1. Fenil alanin
Fenil alanin sendiri sebenarnya
termasuk asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh dan tidak akan menjadi
masalah bagi mereka yang kondisi tubuhnya sehat tanpa gangguan. Namun
bagi mereka yang tidak dapat mencerna fenil alanin itu secara normal, kelebihan
fenil alanin itu malah dapat berakibat pada keterbelakangan mental. Karena itu, produk yang menggunakan Aspartam juga harus
mencantumkan label peringatan mengenai bahaya ini. Namun, pada kenyataannya
tidak.
2. Metanol
Metanol ini di dalam tubuh akan
terurai menjadi formalin & asam semut. Kita sudah tahu formalin saat ini
banyak digunakan sebagai pengawet, dan ternyata formalin dapat merusak retina
mata sehingga mengganggu penglihatan.
Oleh FDA Amerika & juga BPOM Indonesia, telah ditetapkan
batasan pemakaian Aspartam yaitu 50mg/kg BB.
Pemanis buatan yang juga
digunakan adalah Sucralose, yang juga dikenal dengan merk dagang “Splenda” di
Amerika dan dikatakan lebih aman daripada Aspartam karena dibuat dari gula tebu
dan diproses secara kimia. Walaupun telah disetujui pemakaiannya oleh FDA pada
tahun 1998, dan juga dinyatakan aman untuk konsumsi manusia, ternyata sucralose
tidak dibuat dari gula tebu, namun dari bahan kimia. Akibatnya tubuh kita tidak
sepenuhnya dapat mencerna sucralose, dan akhirnya masih tersisa sekitar 15%
dari sucralose yang kita konsumsi ada dalam tubuh kita.
Berdasarkan penelitian, di
dalam sucralose terkandung zat klorokarbon, sejenis pestisida seperti DDT, yang
terbukti pada hewan uji dapat mengakibatkan pembengkakan pada hati &
ginjal, pengapuran di ginjal dan memperkecil kelenjar timus ,yang berperan
dalam system kekebalan tubuh. Oleh FDA, pemakaian sucralose
dibatasi hanya 0-15mg /kg BB.
Bagaimana Metabolisme pemanis
buatan dalam Tubuh
Dalam penelitian, natrium sakarin
yang dikonsumsi tikus percobaan secara terus menerus dalam waktu yang lama
(minimal 10 minggu) dengan dosis melebihi ketentuan dapat menimbulkan anemia
dan peningkatan, kadar bilirubin, SGPT, dan SGOT meningkat. Secara normal kedua
enzim (SGPT, SGOT) ini ditemukan di darah dalam jumlah sedikit. Kalau kadar
kedua atau salah FA Sasi/Jurnal MIPA 35(2) (2012) satu dari enzim ini dalam
aliran darah meningkat, hal itu merupakan petunjuk bahwa sel-sel hati mengalami
kerusakan. Pemberian natrium sakarin terlalu lama dapat meningkatkan jumlah
leukosit dan limfosit atau sel-sel radang lainnya. Akan tetapi, kadar
hemoglobin dan jumlah eritrosit menurun jika dibandingkan dengan normal.
Natrium sakarin yang diberikan dalam dosis tunggal memiliki sifat retensi atau
tersisa dalam organ tubuh mencit. Kalau diberi dosis terus menerus atau dosis
berulang, natrium sakarin yang tersisa mengalami akumulasi. Natrium sakarin
yang tertimbun dalam organ akan bersifat racun terhadap organ tersebut,
akibatnya organ akan mengalami kerusakan bahkan dapat menimbulkan tumor
(Demacario & Macario 2000).
Selain natrium sakarin, pemanis
buatan lainnya adalah siklamat. Sebesar 0.1-8% dari total siklamat yang masuk
ke dalam tubuh manusia diubah menjadi sikloheksilamin, namun berbeda tiap
individu untuk jumlah yang diekskresikan (dapat mencapai 60% dari total yang
masuk kedalam tubuh) . Sebagian siklamat yang tidak diabsorbsi tubuh akan
dikonversi oleh mikroflora gastrointestinal menjadi sikloheksilamin yang dapat
diabsorbsi oleh usus (Drasar et al. 1972). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Bauchinger et al. (1970), menunjukkan bahwa konsumsi siklamat
secara rutin dalam jangka panjang mengakibatkan terjadinya aberasi kromosomal
pada limfosit dan kandung kemih. Aberasi kromosom disebabkan oleh adanya
interaksi antara sikloheksilamin dan protein regulator gen kanker (Dick et al.
1974).(RHj)
Daftar Pustaka
Artificial
Sweeteners and Other Sugar Substitutes. (2015,
August 20). Retrieved from Mayo Clinic:
http://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/nutrition-and-healthy-eating/in-depth/artificial-sweeteners/art-20046936?pg.
Bauchinger M, Schmid E, Pieper M
& Zollner N. 1970. Cytogenetic effects of cyclamateon human peripheral
lymphocytes in vivo. Deutch Med Wochenschr. 95: 2220–2223
Demacario EC & Macario AJL.
2000. Stressors, stress and survival; overview. Frontiers Biosci
5: 780-786.
Dick CE, Schniepp M, Sonders RC &
Wiegand RG. 1974. Cyclamate and cyclohexylamine: Lack of effect on the
chromosomes of man and rats in vivo. Mutant Res. 26: 199–203.
Huang KL, Wu CP, Chen YL, Kang BH
& Lin YC. 2007. Heat stress attenuates air bubble-induced acute lung
injury: a novel mechanism of diving acclimatization. J Appl Physiol 94: 1485 –
1490
Usmiati S & Yuliani S. 2007.
Pemanis alami dan buatan untuk kesehatan. Warta Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Industri 10(1): 13-17.
Y Utomo, A Hidayat, M Dafip, dan
FA Sas. 2012. STUDI HISTOPATOLOGI HATI MENCIT (Mus musculus L.) YANG DIINDUKSI
PEMANIS BUATAN. Jurnal MIPA 35 (2): 122-129 (2012). Jurusan Biologi, FMIPA
UNNES, Indonesia.
Wilson, J., Landau, E., & Christensen, J. (2013, August 14). Real
or Fake Sugar: Does it matter? Retrieved from CNN:
http://edition.cnn.com/2013/07/15/health/artificial-sweeteners-soda/
Komentar
Posting Komentar