Susu
merupakan makanan yang hampir sempurna ditinjau dari kandungan gizinya dan
merupakan makanan alami satu-satunya bagi makhluk menyusui yang baru
dilahirkan. Namun, ada beberapa orang yang mengalami gangguan pencernaan
seperti perut kembung dan diare setelah meminum susu sapi. Orang awam
beranggapan bahwa itu merupakan gejala dari alergi susu sapi. Namun, ada
beberapa orang yang mengatakan bahwa kedua hal tersebut adalah tanda-tanda dari
intoleransi laktosa. Jadi, apakah intoleransi laktosa dan alergi susu merupakan
dua hal yang sama? Untuk lebih jelasnya akan dibahas dalam artikel ini.
- Intoleransi
Laktosa
Intoleransi laktosa adalah ketidakmampuan tubuh
untuk mencerna laktosa.Laktosa merupakan sejenis gula yang
hanya terdapat pada susu hewani. Gula ini dibentuk dalam kelenjar susu. Laktosa di dalam tubuh akan dipecah menjadi
monosakarida yang siap diserap tubuh yaitu dalam bentuk glukosa dan galaktosa
oleh enzim laktase yang terdapat di mukosa usus halus. Apabila ketersediaan
laktase tidak mencukupi, laktosa yang terkandung dalam susu tidak akan
mengalami proses pencernaan dan akan dipecah oleh bakteri di dalam usus halus.
Proses fermentasi yang terjadi dapat menimbulkan gas yang menyebabkan kembung
dan rasa sakit di perut. Sedangkan sebagian laktosa yang tidak dicerna akan
tetap berada dalam saluran cerna dan tidak terjadi penyerapan air dari faeses
sehingga penderita akan mengalami diare.
Intoleransi laktosa sebagian besar disebabkan oleh
faktorgenetik, dimana penderita mempunyai laktase lebih sedikit dibanding orang
normal. Beberapa faktor lain penyebab intoleransi laktosa anatara lain:
· Gastroenteritis, dapat menyebabkan
terjadinya penguraian enzim laktase yang dapat berlangsung sampai beberapa minggu
· Infeksi parasit, dapat menyebabkan pengurangan jumlah
laktase sementara waktu.
· Defisiensi besi, rendahnya asupan besi dapat mengganggu
pencernaan dan penyerapan laktosa
Winarno (1982) menyatakan Intoleransi laktosa dapat dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu primer dan sekunder. Intoleransi laktosa primer merupakan kasus
yang disebabkan karena keturunan, bangsa, dan tradisi yang ada. Kebiasaan masyarakat
yang tidak lagi minum susu setelah lewat sapih dapat secara bertahap mengakibatkan
terjadinya intoleransi laktosa. Sedangkan, intoleransi laktosa sekunder
merupakan gejala yang timbul karena kandungan enzim laktase dalam saluran
pencernaan sangat rendah, baik dalam jumlah maupun aktivitasnya. Hal ini
terjadi akibat radang usus yang kronik maupun akut.
Bagi
orang yang mengalami intoleransi laktosa, beberapa anjuran berikut ini mungkin
dapat membantu:
· Baca label pangan dengan seksama
Produk
pangan yang mengandung bahan-bahan seperti padatan susu, padatan susu bebas
lemak, whey, gula susu perlu dibatasi konsumsinya.
· Mengkonsumsi
produk susu fermentasi seperti keju, mentega atau yoghurt, karena umumnya kandungan
laktosa pada produk fermentasi lebih rendah.
· Minum
susu yang mengandung banyak lemak susu, karena lemak dapat memperlambat
transportasi susu dalam saluran pencernaan sehingga dapat menyediakan waktu
yang cukup untuk enzim laktase memecah gula susu.
· Hindari
mengkonsumi susu rendah atau bebas lemak karena susu lebih cepat ditransportasi
dalam usus besar dan cenderung menimbulkan gejala pada penderita intoleransi
laktosa. Disamping itu, beberapa produk susu rendah lemak juga mengandung
serbuk susu skim yang mengandung laktosa dalam dosis tinggi.
· Jangan
menghindari semua produk susu, karena nilai gizi susu pada dasarnya sangat
dibutuhkan tubuh.
· Mengkonsumsi
susu dengan laktosa yang telah diuraikan (susu bebas laktosa).
· Minum
susu dalam jumlah yang tidak terlalu banyak
· Konsumsi
produk susu yang diolah dengan proses pemanasan (seperti susu bubuk), karena
pada pemanasan, laktosa akan dipecah menjadi glukosa dan galaktosa, sehingga
produk seperti ini akan ditoleransi lebih baik
· Konsumsi
produk kedelai karena produk kedelai bebas laktosa dan merupakan sumber kalsium
yang bagus dan baik untuk menggantikan susu dan produk susu lainnya.
- Alergi
Susu
Alergi susu sapi adalah reaksi
imunologis terhadap protein susu sapi yang melibatkan saluran cerna, kulit,
saluran nafas, atau beberapa sistem, seperti anafilaksis sistemik.Alergi susu
sapi lebih banyak ditemukan pada bayi dan anak-anak. Protein susu sapi
merupakan alergen tersering pada berbagai reaksi hipersensitivitas pada anak.
Susu sapi mengandung sedikitnya 40 komponen protein yang dapat mengganggu
respon imun yang menyimpang pada seseorang. Protein susu sapi terbagi menjadi
kasein and whey.
Reaksi akut (jangka pendek) yang sering
terjadi adalah gatal dan anafilaksis.
Sedangkan reaksi kronis (jangka panjang) yang tyerjadi adalah astma, dermatitis
(eksim kulit) dan gangguan saluran cerna. Beberapa manifestasi reaksi simpang
karena susu sapi melalui mekanisme IgE dan Non IgE.
Beberapa gejala yang sering menyertai
penderita alergi susu sapi diantaranya:
· Gangguan
saluran cerna : sering muntah, kembung, cegukan, sering buang angin, sering
buang air besar (> 3 kali perhari), tidak BAB setiap hari.
· Kulit
sensitif, sering timbul bintik atau bisul kemerahan terutama di pipi, telinga
dan daerah yang tertutup popok. Kerak di daerah rambut.Timbul bekas hitam
seperti tergigit nyamuk. Mata, telinga dan daerah sekitar rambut sering gatal,
disertai pembesaran kelenjar di kepala belakang. Kotoran telinga berlebihan
kadang sedikit berbau.
· Lidah sering timbul putih (seperti jamur). Bibir tampak kering atau bibir
bagian tengah berwarna lebih gelap (biru).
· Napas grok-grok, kadang disertai batuk sesekali terutama malam
dan pagi hari siang hari hilang. Bayi seperti ini beresiko sering batuk atau
bila batuk sering lama (>7hari) dan dahak berlebihan )
· Sesak bayi baru lahir disertai membesarnya kelenjar thimus.
· Sering bersin, pilek, kotoran hidung banyak, kepala sering miring ke
salah satu sisi
· Mata
sering berair atau sering timbul kotoran mata (belekan)
salah satu sisi/kedua sisi
· Sering berkeringat (berlebihan)
·
Referensi:
Badan POM RI. 2008. Kenali Intoleransi
Laktosa Lebih Lanjut. InfoPom Vol. 9, No. 1 ISSN 1829-9334.
Judarwanto, Widodo. 2009. Alergi Susu
sapi. https://jurnalpediatri.com/2009/04/29/alergi-susu-sapi/(Online).
Diakses 1 Oktober 2017.
Sumarjiana, I Ketut Laba. 2011. Lactose
Intolerance: Suatu Kasus Ketidakmampuan Usus Untuk Mencerna Laktosa. WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10
No. 3.
Wicaksono, Madya Ardi. 2014. Intoleransi
Laktosa. Mandala of Health. Volume 7,
Nomor 1.
Winarno, F.G. 1982. Enzim Pangan. Jakarta: PT Gramedia.
Komentar
Posting Komentar