Amankah Diet ketogenik?
Bagi
sebagian orang, mungkin sudah tidak asing lagi mendengar tentang diet
ketogenik. Diet tinggi lemak dan sangat rendah karbohidrat ini biasanya
diberikan kepada penderita epilepsi dan penyakit tertentu. Namun, metode diet
ketogenik juga diadopsi untuk program pemangkasan lemak tubuh dan penurunan
berat badan di industri kebugaran. Bahkan popularitas metode diet ini semakin
tinggi karena ikut diterapkan oleh artis-artis internasional ternama. Bagaimana
sebenarnya praktik dari diet ini? amankah diet ini untuk dilakukan? artikel
berikut akan membahasnya dengan jelas.
Apa itu diet ketogenik?
Diet
ketogenik (sering disebut keto) adalah diet rendah karbohidrat, tinggi lemak yang memiliki
banyak kesamaan dengan diet Atkins dan diet rendah karbohidrat. Hal ini
mempengaruhi asupan karbohidrat yang harus benar-benar dikurangi, dan
menggantinya dengan lemak. Prinsip diet ketogenik adalah mengurangi asupan
karbohidrat dan menggantinya dengan konsumsi lemak.
Ketosis adalah keadaan dalam tubuh yang terjadi karena
minimnya kadar karbohidrat, sehingga tubuh menggunakan lemak sebagai sumber
energi. Penggunaan lemak tubuh secara berlebihan sebagai sumber energi akan
mengakibatkan tertumpuknya zat antara hasil pembakaran lemak tubuh yang disebut zat keton. Inilah yang menjadi mekanisme utama dalam diet ketogenik.
Persentase asupan lemak yang tinggi pada metode diet ketogenik menuntut
pelakunya selektif dalam pemilihan sumber makanan. Lemak yang dimaksud disini
adalah lemak yang sehat yang terkandung pada daging, telur, minyak nabati dari
alpukat, minyak zaitun, minyak biji bunga matahari, minyak ikan, butter, lemak
keju, lemak susu, biji-bijian dan lainnya.
Meskipun penggunaannya dalam pemangkasan lemak tubuh dan penurunan berat
badan masih diperdebatkan, berbagai penelitian telah membuktikan bahwa diet
ketogenik cukup berhasil dalam menurunkan berat badan. Tidak hanya itu, diet
ketogenik juga bermanfaat untuk perawatan pasien kanker, pencegahan Alzheimer,
manajemen diabetes, memperbaiki sistem metabolisme dan kesehatan jantung.
Diet ketogenik mampu menurunkan berat badan ?
Meskipun diet ini dianjurkan untu banyak
mengkonsumsi lemak dibanding karbohidrat namun diet ini dapat menurunkan badan
lebih cepat dibanding diet rendah lemak.
Sebuah studi di amerika menemukan bahwa orang-orang yang mengikuti diet
ketogenik kehilangan berat badan 2.2 kali lebih cepat dibandingkan dengan
mereka yang mengikuti diet kalori terbatas, rendah lemak. Trigliserida dan
kadar kolesterol HDL juga meningkat. Studi lainnya menemukan bahwa para peserta
diet ketogenik 3 kali lebih cepat menurunkan berat badannya daripada mereka
yang mengikuti rekomendasi diet Diabetes Inggris. Hal ini dikarenakan peningkatan asupan protein, yang bermanfaat
sangat besar. Peningkatan keton, menurunkan tingkat kadar gula dan meningkatkan
sensitifitas insulin yang juga merupakan kunci yang memiliki peran penting.
Namun
perlu dicatat diet ketogenik ini bukanlah
pengaturan nutrisi yang dapat dilakukan sendiri. Diet ketogenik adalah terapi
yang membutuhkan pengawasan medis secara hati-hati, pengawasan orang tua dan diet
ketogenik juga harus diawasi oleh tim berpengalaman dalam ilmu pengobatan, yang
biasanya berbasis pada pusat perawatan khusus epilepsi. Karena diet ketogenik adalah cara
yang tidak alami untuk mendapatkan nutrisi, diet ini berpotensi memiliki efek
samping berupa meningkatkan
risiko batu ginjal dan dapat menguras kalsium, sehingga berisiko lebih tinggi
terkena osteoporosis
Adakah dampak jangka panjang diet ketogenik?
Meskipun keberhasilan diet ketogenik
sudah tidak diragukan lagi, namun perubahan yang terjadi pada mekanisme tubuh
tentunya akan memberikan dampak apabila dilakukan dalam jangka panjang.
Berikut adalah beberapa dampak yang ditimbulkan ketika
melakukan diet ketogenic dalam jangka panjang.
- Gangguan Keseimbangan Hormon
Perubahan pada jumlah asupan karbohidrat
sangat berpengaruh pada keseimbangan hormon, salah satunya yaitu hormon
kortisol. Saat tubuh sangat sedikit mengonsumsi karbohidrat, maka kadar
kortisol akan meningkat. Hormon kortisol sendiri berhubungan erat dengan stres.
Kadar kortisol yang tinggi di dalam tubuh juga dapat mengacaukan sistem hormon
lainnya, terutama pada perempuan yaitu hormon esterogen. Hal ini akan
menimbulkan berbagai masalah serius seperti gangguan menstruasi, infertilitas,
menopause dini, menurunkan mood, serta dapat pula menyebabkan peningkatkan
berat badan tanpa diketahui mekanismenya.
- Gangguan Metabolisme Tubuh
Disadari atau tidak, banyak pelaku diet
ketogenik yang sebenarnya tidak melakukan metode diet ini dengan benar.
Tingginya jumlah asupan lemak yang harus dikonsumsi kadang membuat mereka
kesulitan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Yang terjadi mereka malah
melupakan inti dari diet ini yaitu tinggi lemak, sedangkan yang dikonsumsi
hanyalah rendah karbohidrat, protein sedang dan lemak sedang. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme tubuh yang berujung pada gangguan
funsgi hormon juga. Itulah sebabnya, pelaku metode diet ini harus benar-benar
serius dan teliti saat melakukan pemilihan makanan.
- Gangguan Emosional
Perubahan drastis pada pola makan dapat mengganggu
pengaturan emosi dari pelaku diet ketogenik. Pemilihan jenis makanan yang
ketat, terkadang membuat mereka sendiri tidak dapat sepenuhnya menikmati
makanan yang mereka konsumsi. Saat makan, mereka hanya akan fokus pada diet dan
tujuan yang ingin mereka capai, tanpa bisa menikmati makanan yang terhidang.
Pikiran-pikiran seperti itu terus memenuhi otak mereka, sehingga akhirnya, saat
ada kesempatan berhadapan dengan makanan yang beraneka ragam (misalnya saat
pesta), emosi mereka terhadap makanan tersebut dapat menjadi
tidak terkontrol. Mereka bisa “khilaf” mengonsumsi banyak makanan tanpa
mempedulikan diet yang dijalaninya.
Bahkan, sebuah studi terbaru yang dipublikasikan
dalam Journal of American Medical Association, menunjukkan bawa terlalu banyak
makan daging merah dalam jangka waktu lama berisiko lebih tinggi terkena kanker
kolorektal.
Kesimpulan
Diet ketogenic tidak dapat dikatakan
sebuah metode diet yang baik maupun buruk. Baik atau buruknya suatu diet,
ditentukan dari bagaimana adaptasi, kesesuaian dan kenyamanan tubuh saat
melakukannya. Oleh karena itu telitilah sebelum memilih metode diet yang sesuai
dengan kondisi tubuh dan tujuan Anda. Anda
perlu berpikir lagi untuk mengikuti program diet semacam ini karena diet ini
memangkas banyak makanan yang memberikan nutrisi penting seperti halnya
biji-bijian, buah-buahan, dan sayuran yang tentu saja bermanfaat dalam jangka
panjang untuk melawan berbagai penyakit.Ada baiknya anda mencoba diet yang
lebih sehat dengan diet rendah lemak, rendah karbohidrat, serta diet protein
tinggi, yang lebih efektif untuk menurunkan berat badan serta mampu menurunkan
kolesterol darah dan insulin.
Referensi:
Red Orbit, dari buku Jennifer Ahn, BScPhmdetik.com
Penulis : Web RSUA
Writer
: Tri Oktariani Putri, A.Md.Gz
Editor & Proofreader : Jansen
Ongko, MS.c, RD
Referensi :
Fetters, A. 2015. What’s Up with The High-Fat Diet Trend—And Does It Work?
Ballantyne, S and Minger, D. Ketogenic Diet Literature Review
Lax, Laurin. Does the Ketogenic Diet Work for Women?
Mawer, R. The Ketogenic Diet 101: A Detailed Beginner’s Guide
Mawer, R. A Ketogenic Diet to Lose Weight and Fight Disease
Did you check my new article about how long does swelling last after rhinoplasty .I hope you will love it :)
BalasHapus